My 500 Words

Senin, 23 Mei 2016

Kasihilah Sesamamu Seperti Dirimu Sendiri


Ketika kita memaksanakan standar diri kita (agama, kelompok, suku, profesi) diikuti orang lain, melihat orang lain yang tidak sama dengan kita adalah lemah, buruk, pada waktu yang sama kita sebenarnya menunjuk tiga atau empat kelemahan atau keburukan kita.

Kita memerlukan standar bersama, aturan yang disepakati bersama di dalam sebuah bangsa, organisasi atau perkumpulan. Dari sanalah kita menilai kelemahan, keburukan.

Masalah hubungan sosial saat ini banyak bersumber dari ketika manusia berfikir picik, menginginkan bahkan memaksakan manusia lain sama dengan dirinya yang belum tentu cocok dengan orang lain..

Ayat emas kita mengatakan: "Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka".

Itulah hukum tertinggi dari semua hukum. Ketika manusia mampu melakukannya, maka amanlah dunia ini. itulah prinsip praktek mengasihi sesama.

Mengagungkan profesinya dan mengabaikan profesi orang lain, mengagungkan harta dan melecehkan mereka yang menderita dan miskin, mengagungkan agama, sukunya, serta melecehkan agama dan suku orang lain, di hadapan orang yang berbeda agama dan sukunya, masih kita jumpai dimana-mana dan dilakukan tanpa rasa bersalah.

Bukan tidak banyak pemikiran, ucapan dan tindakan yang saling mengadu domba penganut agama yang satu ke penganut agama yang lain, bahkan ada yang berbuntut kekerasan.

Anehnya, tanpa ada perasaan bersalah. Tanpa memikirkan kalau seandainya yang bersangkutan menerima perlakuan yang sama, seperti yang dilakukannya!

Sikap yang membuat manusia kehilangan kemanusiaannya. Merasa selalu benar, mencuri kemuliaan Tuhan!

Bayangkan!. Kalau seorang penulis mengharapkan orang lain berfikir seperti penulis, seorang pengusaha menginginkan orang lain berfikir seperti dia, dan berlaku seperti dia, seorang politikus berfikir orang lain sama cara berfikir dan bertindaknya seperti dia, orang kaya berfikir yang lain seperti yang dipikirkannya.

Kalau kebanyakan orang kaya merasa dirinyalah yang paling hebat, para politikus merasa dirinyalah yang paling hebat, penguasa juga demikian, aktivis merasa dirinya benar dan harus mengikuti jalan pikiran dan tindakannya, dan seterusnya dan seterusnya..

Sementara di lapangan, pikiran dan tindakan mereka tidak mampu menurunkan kemiskinan dan kesenjangan yang terus merangkak naik bagai deret ukur, sepeda motor hilang dan nyawa melayang, karena prampok ada di mana-mana.

Lantas, rakyat hanya mendengar mereka taunya menunjuk salah orang lain, hanya mampu mengoreksi tanpa solusi.

Apapun profesi kita, bagaimananpun kehebatan kita, hendaknya bersyukur--Tuhanlah melalui bangsa Indoensia memberi kesempatan kita hebat, Jika tidak, maka cepat atau lambat, kehebatan itu juga akan sirna. Paling satu keturunan, kemudian habislah kita.

Bersyukurlah, liriklah kiri kanan, mereka yang terabaikan, mereka yang masih di bawah garis kemiskinan, dan kebodohan, supaya tidak berada di atas menara yang tinggi, takut bergabung dengan masyarakat kebanyakan.

Saya dan Anda hebat, kalau menjadi berkat bagi orang lain, bukan mala petaka, atau sumber ancaman!
Belum lagi agama yang berbeda-beda. Bayangkan kalau masing-masing agama terus menerus mengumumkan kepada dunia merekalah yang paling hebat, hanya merekalah pemilik bangsa atau dunia ini?.

Bagaimana dengan agama yang lain.

Bukankah agama hadir sebagai pencipta suasana damai?

Anehnya, tidak sedikit umat beragama justru banyak berdiskusi tentang kehebatan agamanya, dan tidak cukup sampai disitu. Mereka justru pada saat yang sama mencari kelemahan agama lainnya di depan umum. Tidakkah mereka sadar, kalau agamanya sendiri diperlakukan sama, siapkah merenrimanya?

Agama yang konon memihak orang miskin dan lemah, justru kurang memberikan perhatian bahkan cenderung membiarkan dan menambah terus orang-orang yang merasa terabaikan, terlecehkan.
Bagaimana dengan suku?. Suku-suku kita memiliki kearifan lokal yang luar bisa mengatur kehidupan masyarakat lokal kita sekian ratus atau ribu tahun.

Sayangnya, dalam setiap pemilu, pilkada, pilpres, kita cenderung melupakannya. Suku, kadang hanya digunakan sebagai alat politik, justru melupakan kearifan-kearifan lokalnya. . .

Inilah sumber gangguan komunikasi, yang menghambat mengalirnya darah kebersamaan berbangsa, bernegara dan juga akhirnya muncul baik di gereja atau tempat-tempat ibadah, di perkumpulan-perkumpulan sosial dan tempat-tempat lain.

Inilah krisis yang sedang kita hadapi di negeri ini, kita membutuhkan banyak orang yang mampu melakukan keteladanan berbangsa dan bernegara yang merindukan terwujudnya cita-cita pendiri negeri ini. .

Kehebatan agama-agama dan torleransi berkumandang, pembakaran dan perusakan rumah ibadah, kekerasan mengatasnamakan agama terus berlangsung, hak azasi manusia terabaikan. Dimana hebatnya?
Manusia memerlukan bukti masa kini, bukan pernyataan-pernyataan dengan terus menerus memunculkan kehebatan di masa lalu, memunculkan kebanggaan semu, bahkan kadang bohong!.

"...semua agama, ajaran kebajikan dan etika moral bersumber dari pada Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada satu agamapun yang mengatasinya dan tidak ada satu agamapun dapat dikatakan mempunyai arti jika tidak bisa menolong manusia dan membangkitkan kesadarannya dalam konflik batinnya jika Tuhan Yang Maha Esa tidak menyinari jiwanya". (Nyoman S Pendit, Bagavadgita, Gramedia, 2002).

Semua penganut agama di negeri ini salah, kalau kita tidak berhasil menciptakan perdamaian, masih ada pembakaran-pembakaran rumah ibadah. Ketika kita cuma menyalahkan sepihak, maka perdamaian, toleransi itu hanya utopia.

Mengikuti alam pikiran-pikiran picik--menganggap profesinya paling hebat, pengetahuannya paling hebat, kekayaannya paling hebat, agamanya paling hebat, sukunya paling hebat, jangan heran kalau suku akan terpecah-pecah, bangsa akan terpecah, dunia akan terpecah-pecah.

Kita tidak akan memperoleh suka cita, tidak akan pernah tenteram, semuanya akan "remuk". Jangan berharap ada yang menang. Semua akan kalah, cepat atau lambat.

Untuk itulah kita harus setia pada pikiran dan tindakan yang mempersatukan. Ada organisasi, ada pijakan hidup, dan berbagai aturan sehingga semua dapat hidup berdampingan dengan damai.

Indonesia misalnya, ada empat pilar: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan pula kearifan lokal, pemikiran founding father kita punah, gara-gara kita terlalu mengagungkan pikiran-pikiran yang bertentangan dengan pendiri bangsa ini.

Kita bangga dengan bangsa Indonesia. Bukan bangga meniru-niru Arab, Israel, Jahudi, Amerika atau orang-orang dan aliran hebat dari luar sana.

Kita masing-masing memiliki buku suci yang mengajarkan cara menghormati manusia, pelajari dan jalankanlah itu. Kita memiliki kearifan lokal dari masing-masing suku, pelajari dan praktekkanlah itu dalam kehidupan.

Jangan terus mempertentangkannya, hanya supaya kelihatan paling benar, yang selalu berbuntut pada saling melecehkan, tetapi hendaknya saling memperkaya satu dengan yang lain.

Tuhan memperlakukan manusia sama. Dia memberi mata hari yang sama, bulan yang sama, bumi yang sama, bintang yang sama. Semua manusia bisa menikmatinya, tidak ada diskriminasi.

Tuhan hanya meminta manusia ciptaannya "mengasihi sesamanya seperti mengasihi dirinya". Begitu mudahnya, tetapi "otak" yang sudah kotor membuat kita sangat sulit melaksanakannya.

Mari kita hormati mereka yang selalu memikirkan ide-ide, konsep-konsep dan keteladanan mempersatukan umat manusia. Mari kita belajar dari mereka menghormati sesama.

Tuhan sudah menciptakan semuanya lengkap untuk kita. Founding Father Bangsa kita sudah meletakkan dasar berbangsa dan bernegara sungguh lengkap dalam Pancasila yang berakar dari masyarakat bangsa kita agar bangsa ini saling mengasihi satu dengan yang lain, .

Masalahnya terletak pada kebodohan kita semua. Mari kita tidak bodoh!

Medan, 23 Mei 2016

Meraih Pengetahuan Tanpa Ijazah


Anda tidak punya uang atau waktu untuk kuliah? Bagaimana memperoleh pendidikan bernilai 30.000 dollar dengan hanya 300 dollar.

Scot Posma, seorang penulis, teolog mengajak kita belajar dari buku.

Dari artikel ini, kita diajak belajar dari pengalaman para pembaca buku.

Sediakan sejumlah buku bahan kuliah yang dipelajari di Universitas (yang kita perlukan).

Kemudian bacalah buku-buku itu lima belas menit sehari.

Anda akan beroleh manfaat luar biasa!

Mari kita bersama-sama mencoba!

Paling tidak mengubah cara kita untuk memperoleh pendidikan di luar sekolah yang lebih murah.

Tentu bukan meraih ijazah, tapi pengetahuan yang Anda perlukan!.

Scott adalah seorang penulis, guru dan kini tinggal di Moskow. Dia membantu banyak orang menulis tentang pembentukan spiritual dan kemanusiaan, dan mengoleksi buku-buku.

Pengalaman-pengalaman pembaca perlu terus dikumandangkan dalam rangka meningkatkan minat baca bangsa kita.

Buku adalah jendela melihat dan memaknai alam sekitar, melihat situasi di sekeliling kita. Membuat kita makin paham menemukan passion serta arti kita hidup di dunia ini.

Semoga pengalaman Scot dapat menginspirasi kita untuk mencari teknik-teknik meningkatkan minat baca negeri ini.

Kita adalah bangsa dengan tingkat minat baca penduduknya yang terendah di dunia. Kampanye harus terus dilakukan.

Taufik Ismail mengatakan 63 tahun negeri kita melupakan "membaca"!

Medan, 23 Mei 2016

 http://www.scottpostma.net/welcome/

In Memoriam St Jansiman Purba, SH (1964-2016)


"The life of the dead is placed in the memory of the living" (Marcus Tullins Cicero)

Malam ini, sekitar pukul 21.30, setelah kembali dari khotbah di partonggoan Pemuda GKPS Simalingkar, saya mencoba menghilangkan kesedihan atas kepergian teman kami Jansiman Purba dalam artikel berikut!.

Teman kami St Jansiman Purba, SH yang meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di RS Adam Malik, Kamis tengah malam 19 Mei 2016, dikebumikan hari ini.

Acara penghormatan terakhir pria kelahiran Pematangsiantar 24 Mei 1964 itu diawali dengan kebaktian pagi hari pukul 08.00 WIB, kemudian disusul dengan acara penghiburan dari keluarga, perkumpulan marga, STM, rekan-rekan, serta makan siang bersama.

Setelah acara penghormatan terakhir di rumahnya, di Jalan Bawang Raya, Perumnas Simalingkar, jenazah dibawa ke gereja. Tiba di sana pukul 14.30.

Gedung gereja berkapasitas 300 tempat duduk itu, hampir terisi penuh oleh jemaat, majelis dan keluarga berduka dengan pakaian nuansa hitam.

Tempat duduk anggota majelis yang dipisahkan di sudut sebelah kanan altar gereja dan berpakaian nuansa hitam menambah suasana duka yang lebih dalam.

Bram (kelas I SMA) dan Batara (kelas I SMP), serta ibunya Hepy br Saragih, duduk di sebelah kiri peti mati yang diletakkan di depan altar Gereja GKPS Simalingkar.

Semua berduka, semua sedih. Kami semua mengetahui St Jansiman Purba hanya sakit selama dua bulan terakhir ini.

Rasanya masih melihatnya segar bugar saat penghiburan di rumah almarhum abangnya, Jorhiaman Purba (juga nggota jemaat kami), dua bulan yang lalu.

Acara pemberangkatan dari gereja berjalan cukup hikmat, suasana duka yang mendalam. Hepy dengan "tudung balu" yang diberikan tondong tadi siang menunduk sedih, sekali-sekali menatap ke arah peti mati almarhum suaminya.

Pimpinan Jemaat, semua seksi, badan, serta Pengurus GKPS Resort Medan Selatan menyampaikan pesan, kesan dan penghiburan kepada keluarga.

"Kita kehilangan seorang anggota majelis yang berdedikasi tinggi dan memiliki prinsip dalam pemkiiran," kata Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih.

"Dia orang yang sangat menghargai tugas yang diberikan kepadanya," tambahnya.
Jansiman menjadi syamas pada 2005, kemudian dilantik sebagai Sintua pada April 2015.

Dalam struktur organisasi Seksi Bapa GKPS Simalingkar, Jansiman duduk sebagai Bendahara.
"Hari ini, kami pengurus dan Komisaris biasasnya 10 orang, hari ini kami hanya berdiri 9 orang. Kami kehilangan seorang bendahara yang sangat bertanggungjawab dalam jabatannya,"kata Sy Dearman Saragih, Ketua Bapa GKPS Simalingkar.

Sebagai seorang Notaris, St Jansiman telah berhasil mengurus setifikat hak milik tanah GKPS Simalingkar, pada 2007 lalu. "Sebuah prestasi gereja, dimana masih banyak gereja lain yang tanahnya tidak bersertifikat," katanya.

Demikian juga para jemaat lainnya, banyak memberi kesaksian bahwa kehadirannya di gereja sebagai notaris, banyak membantu jemaat mengurus sertifikat tanahnya, baik membantu mengurusnya atau menjelaskan cara mengurus sertifikat tanahnya tanpa pamrih.

Salah satu sertifikat gereja yang sedang diurusnya adalah tanah milik GKPS Pancurbatu.

"Kami sangat kehilangan, karena selama ini beliau yang mengurusnya. Almarhum sangat teliti bekerja, dan selalu mengingatkan kami tentang kekurangan administrasi. Bapak ini sangat membantu dan sopan bicaranya" kata Pengantar Jemaat GKPS Pancurbatu.

"Dia sangat mudah diajak, kalau ada acara kunjungan kemalangan, sakit," ujar St Tenang Tuah Purba, SH, Ketua Diakonai Sosial GKPS Simalingkar, dengan suara tersendat dan tak kuasa menahan air matanya.
Setelah acara agenda yang dipimpin Pdt GKPS Resort Medan Selatan, Pdt Jaminton Sipayung dan Pdt Masniari br Damanik, satu per satu anggota majelis meletakkan sekuntum bunga anggrek ke dalam peti jenazah, penghormatan mereka yang terakhir.

Suasana haru meliputi seluruh majelis, keluarga. anyak majelis yang tidak mampu menahan air mata. Kami kehilangan seorang sahabat yang meluangkan waktunya banyak di gereja.

Beberapa anggota keluarga tampak menumpahkan rasa duka mereka, saat peti ditutup.

Semua mengenang beliau yang baik. Usai latihan koor, sermon, atau acara lain, biasanya dia main catur di ruang samping rumah penjaga gereja.

Kami kehilangan seorang sintua yang tidak pernah absen dalam latihan koor, vokal group, sermon, partonggoan dan berbagai kegiatan lainnya.

Tidak ada lagi orang yang kami penggil dengan "Pada hari ini.......", panggilan akrab kami buat almarhum sebagai seorang notaris. Tidak ada lagi teman diskusi seorang pria yang murah hati membantu kami dalam urusan kenotariatan.

Hari ini adalah hari terakhir kami bersama almarhum.

Dengan diangkat beberapa orang anggota majelis dan didahului pembawa salib di depan, jenazah diangkut perlahan-lahan meninggalkan area altar gereja menuju ambulance yang parkir di depan gereja.

Sore ini sekitar pukul 16.30, ambulance berjalan perlahan-lahan meninggalkan kompleks gereja menuju rumah baru alumni Universitas Simalungun di era 1990-an ini.

Almarhum mulai malam ini akan tinggal di rumah barunya, di sebuah pemakaman di sebelah selatan kota Medan.

Selamat jalan St Jansiman Purba, SH. Semoga ketekunanan, disipilin, dan gairahmu dalam pelayanan selama ini menjadi teladan bagi kami.

Seorang yang telah teruji dan calon pemimpin jemaat ke depan telah mendahului kami.

Keluarga, kami akan menghadapi "rasa kehilangan" dan tidak mudah. "Sulit tapi bukan mustahil bagi Tuhan!".

Begitulah kehidupan ini berjalan. Jansiman kini mendahului kami. Kali ini kami menghibur keluarga, kali lain kami juga harus siap menerima penghiburan.

"Semua manusia akan mati. Bagi orang percaya, kematian adalah tidur panjang, dan suatu ketika akan bangun kembali" kata Pendeta Jaminton Sipayung.

Hanya soal waktu!. Kita semua akan mengalami nasib seperti pengalaman St Jansiman. Jadi pergunakanlah kesempatan berbuat baik selagi masih diberiNya waktu!

Medan, 22 Mei 2016 

Apa yang Paling Mudah Ditulis?


"If you want your reader smiles reading your book, maybe you should smile writing it too"

Kalau mau pembaca Anda tersenyum membaca tulisan Anda, tersenyumlah ketika Anda menuliskannya..(Tidak mudah)

Kalau Anda mau pembaca menangis (karena terharu, bukan karena disakiti) membaca tulisan Anda, menangislah menuliskannya. (Tidak mudah).

Kalau Anda mau pembaca terinspirasi membaca, bergairahlah menulis. (Tidak mudah)

Menulis hal-hal di atas seseorang harus belajar, banyak menulis dan banyak membaca.

Dan bagaimana menulis paling mudah, dan secepat kilat mendapat respon dari pembaca (negatif)!

"Kalau mau pembaca Anda membully tulisan Anda, mudah saja: bullylah orang lain".

"Kalau mau pembaca Anda menyakiti Anda, tulislah hal menyakitkan,lecehkanlah mereka, hinalah mereka"

:"Kalau mau pembaca tulisan Anda menghina, melecehkan agama, suku Anda, hina, lecehkanlah agama atau suku mereka"

Menulis ketiga hal terakhir, tidak perlu belajar, dan tidak perlu membaca.
"Suarakanlah (tulislah) suaramu, sehingga orang lain mampu mengeluarkan suaranya" (Steven Covey).

Medan, 20 Mei 2016

Jumat, 20 Mei 2016

Blog Saya Masuk di Websitenya Jeff Goins

Oleh: Jannerson Girsang


Di era komunikasi digital sekarang ini, kita harus saling tergantung satu dengan yang lain. Penulis besar, penulis kecil, orang besar, orang kecil harus saling tergantung, TIDAK BISA HEBAT SENDIRI. Anda mau besar, besarkan orang lain juga!.

Hari ini, blog saya "JANNERSON GIRSANG Menulis Fakta Memberi Makna" (http://www.harangan-sitora.blogspot.com), menjadi urutan ke 2813 dalam website penulis terkenal: Jeff Goins, penulis di 100 majalah, publikasi dan blog, penulis buku best seller The Art of Work..

Paling tidak, hari ini blog ini sudah bisa berjejaring dengan website seorang penulis besar. Jeff Goins, serta 2000 lebih blog dan website yang nyantol dan menjadi temannya Jeff.

Saya melihat aktivitas yang mereka lakukan dan saya belajar dari mereka. Pasti sekali-sekali mereka juga melihat blog saya, melihat alam indah Pantai Barus dari Indonesia yang menjadi foto blog itu.

Rekan-rekan bisa mengaksesnya di http://goinswriter.com/my500words/. 

Begitulah era sekarang ini. Kita diperkenalkan orang lain dan sebaliknya kita juga memperkanalkan orang lain. Tidak boleh egois, sehebat apapun kita. Kita harus merasa saling ketergantungan, dan tidak boleh meremehkan orang lain, apalagi menutup suara orang lain.

Apalah saya dibanding dengan Jeff Goins. Tetapi dia masih butuh saya dan saya sangat mebutuhkannya.

Dengan cara simbiose mutualisme tersebut, maka kita akan sama-sama besar, dan sama-sama memperoleh keuntungan. .

Blog "Jannerson Girsang: Menulis Fakta Memberi Makna" saya bangun pada Maret 2009 dan hari ini sudah memuat 517 artikel saya yang sudah diterbitkan di media cetak atau media online lainnya, serta renungan-renungan pribadi saya yang belum diterbitkan.

Dari statistik yang saya pasang, Blog ini dikunjungi lebih dari 65 ribu orang dari 100 negara di dunia. Kontennya sudah dibaca sebanyak hampir 100 ribu page views.

Berbagai media sudah mengutip beberapa artikel ini ke media mereka, baik media cetak, media-mediaonline, penulis di media, bahkan bahan membuat buku. .

Karena sejak awal, saya tidak ada maksud membangunnya untuk tujuan komersial, blog ini tidak memuat iklan. Mereka yang mengutip juga bebas, tidak dipungut bayaran.

Bagi saya tujuan utama membangun blog ini adalah semata-mata hanya menebar kebaikan.

Teman-teman, era internet sekarang ini memberi kita peluang menikmati jejaring, pertemanan dengan banyak manusia di dunia. 
  
Sejak dua hari lalu, saya tertarik dengan Jeff Goins pentingnya penulis membuat hubungan dengan pembacanya. Setiap penulis harus membina komunikasi dengan pembacanya, demikian Jeff Goins.
Kemaren saya tertarik dengan Jeff Goins pentingnya penulis membuat hubungan dengan pembacanya.

Inilah media saya berhubungan dengan Anda-anda, teman-teman yang selama ini menikmati artikel-artikel saya, bagaimanapun kualitasnya. Semoga saya masih bergairah melanjutkannya dan Anda bisa terus menikmatinya

Menulis adalah melayani manusia, tidak semata-mata menghasilkan materi.

Semoga artikel-artikel yang saya kumpulkan di dalam blog ini bermanfaat bagi banyak orang.

Saya juga berharap, para pembaca artikel-artikel saya tetap setia memberi kritik dan saran, serta kebutuhan Anda saat ini, agar saya dapat memenuhinya.

Selamat menikmati!
.

Medan, 20 Mei 2016

Notaris St Jansiman Purba Meninggal Dunia


Saya menerima sms (pukul 01.00) dari St JE Purba dan beberapa sms lain dari teman se gereja, mengabarkan bahwa teman kami satu gereja di GKPS Simalingkar, St JANSIMAN PURBA, SH, meninggal dunia di rumah sakit Adam Malik, malam ini (19 Mei 2016), sekitar pukul 00.00 WIB.

Saat sms masuk listrik baru saja hidup!. Padam, sejak tiba di rumah sepulang dari partonggoan di rumah Sy Jaslen Purba, SH di kompleks Stella, sekitar pukul 23.00.

Memang saya agak gelisah malam itu!. Listrik padam dan saya tidak bisa menulis. Tapi, malam itu, saya tidak memilih tidur, hanya membaca-baca.

Seolah ada sesuatu yang akan terjadi. Ternyata persitiwa sedih itu. Kehilangan seorang teman yang baik, bekas mahasiswa saya, dan usianya beberapa tahun lebih muda dari saya.. .

Beberapa menit kemudian, Sekretaris Jemaat kami St Jaruli menelepon: "Hu rumah sakit hita lae. Hujemput ham hu rumah da. Kita ke rumah sakit, saya jemput lae," katanya.

Almarhum meninggal karena sakit, dan beberapa waktu yang lalu berobat ke Penang, kemudian selama sembilan hari dirawat di RS Adam Malik,Medan,. .

Jansiman Purba, SH meninggalkan seorang istri dan dua orang putra, masing-masing duduk di bangku Kelas I SMA, dan Kelas III SMP.

Dalam Kepengurusan Seksi Bapa GKPS Simalingkar, St Jansiman Purba SH menjabat sebagai Bendahara.
Pria kelahiran Pematangsiantar, 24 Mei 1964 ini adalah alumni Fakultas Hukum, Universitas Simalungun (USI), Pematangsiantar.

Semasa hidupnya, Jansiman Purba, SH adalah Notaris dan berkantor di Jalan Karet Raya, Perumnas Simalingkar, Medan..

Sekitar pukul 03.00 dinihari, jenazah, diberangkatkan dari RS Adam Malik ke Rumah Duka di Jalan Bawang Raya 21C, Perumnas Simalingkar.

Doa pemberangkatan ke rumah duka dipimpin Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih Simarmata.

Pimpinan Majelis, Ketua Sektor I, Yanran Saragih, Junimar Saragih, saya, hadir pada acara pemberangkatan dari RS Adam Malik. Menurut St Japorman, vorhanger kami, siangnya sudah diadakan Perjamuan Kudus terakhir kepada almarhum yang dipimpin Pendeta Resort kami Pdt Jaminton Sipayung..

Di rumah Sakit istrinya ditemani salah seorang anaknya, serta keluarga.

"Mantan muridmu (mahasiswamu) sudah pergi, Bang" kata istrinya, Hepy br Saragih sedih, ketika kami menjenguknya dini hari tadi, sebelum jenazah diberangkat ke rumah duka..

Tetapi tetap dia terlihat tegar, dan pasrah. "Yah sudah ajal. Saya pasrah," katanya
Jansiman adalah mahasiswa, ketika saya menadi Rektor di USI, di akhir 1980-an Dia seorang yang tekun bekerja, dan suka membantu.

Terakhir dia membantu mengurus sertifikat hak milik rumah saya. "Tidak usah bayar bang, kalau datang sendiri ke BPN," katanya, setelah dia mengurus beberapa surat yang saya perlukan.

Dia aktif di gereja, sangat bersahabat, dan suka membantu. Sewaktu putri saya Patricia Marcelina Girsang martumpol, istrinya menyediakan dekorasi, dan kami tidak perlu membayar. "Itu bantuan kami untuk Patricia bang,"ujar istrinya ketika itu. .

GKPS Simalingkar, kehilangan seorang jemaat terbaiknya. Selamat Jalan Jansiman Purba!.
Menurut keterangan istrinya tadi malam, Jansiman direncanakan akan dikebumikan di Medan, Minggu 22 Mei 2016. Tetapi masih akan menunggu penetapan dari keluarga dan "Parsahutaon".
Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi musibah ini. Mari teman-teman membawakan keluarga dalam doa!

Medan, 20 Mei 2016

Belajarlah Menghargai yang Hadir


Oleh: Jannerson Girsang

Dialog menghakimi orang yang tidak hadir seringkali terdengar khususnya dalam perkumpulan-perkumpulan sosial.

Terlalu sering membiarkan suasana negatif seperti ini, akan membuang banyak waktu, menghilangkan konsentrasi, bahkan secara tidak sadar memunculkan demotivasi

Manalah ada organisasi yang anggotanya hadir 100%. Selalu saja ada yang tidak hadir. Sebaiknya, belajarlah menghargai yang hadir.

Umumnya, peserta yang sering tidak hadir, paling banyak komentar, parahnya, mendiskreditkan temannya yang tidak hadir pula.

Yang tidak hadir kemaren, menghakimi yang tidak hadir hari ini, seolah dialah yang paling rajin hadir. Padahal, selama sebulan terakhir, baru kali itulah dia hadir

Komentar seperti ini muncul juga dari orang yang rajin hadir tapi tidak tulus, supaya dia dianggap pahlawan. .
Akhirnya banyak waktu terbuang menghakimi yang tidak hadir. Siapa yang paling rajin dan yang tidak rajin!.

Kadang, malah terlupakan membicarakan program yang selesai dan belum selesai. Padahal program yang baiklah yang akan membuat orang tertarik pada pertemuan.

Dalam sebuah pertemuan, seorang bapa, yang sudah lama absen, kesal melihat jumlah yang hadir hanya sedikit, tiba-tiba berkomentar supaya seolah dialah paling rajin hadir, dan peduli. .

"Inilah, saya kesal juga kita begini. Saat awak datang,banyak tidak hadir. Ayo dibuat aja peraturan, kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya. .

Besoknya,yang ngomong tadi tidak hadir dalam pertemuan. Kemudian yang absen hari sebelumnya, nyeletuk lagi.

"Kesal juga kita begini, awak sudah datang, yang hadir cuma sedikit. Ayo Ketua, buat aturanlah. Kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya.

Yang rajin hadir tapi tidak tulus, ingin dirinya dihargai sebagai pahlawan sering kesal dan nyeletuk juga.

"Kesal juga saya kalau begini, awak sudah datang tiap pertemuan. Nggak ada bedanya rajin dan tidak rajin," katanya.

Umumnya yang rajin hadir, dan tulus, tidak banyak komentar. Lalu, dia mengingatkan teman-temannya..

"Mari kita hargai yang datang! Tidak usah membicarakan yang tidak datang, dosa lho. Mereka tidak mendengar mereka kita bicarakan. Mari kita komunikasikan kepada teman-teman yang tidak datang, hal-hal baik yang kita peroleh dari pertemuan ini. Semoga mereka tertarik untuk datang ke pertemuan berikutnya",

Teman-temannya diam dan tunduk kepala kemudian melanjutkan pertemuan.Menghargai yang hadir, adalah tugas pemimpin untuk mensosialisasikannya.

Medan, Menjelang Tengah Malam, 20 Mei 2015. 

Kamis, 19 Mei 2016

Surat dari si "Pintar" Jeff Goins


Hari ini saya bergabung dengan Jeff Goins--penulis buku best seller The Art of Work" dan buku The Beginner's Guide to Building an Audience. 

Janji menulis 500 kata per hari.

Sebelumnya, saya memang sudah melatih diri menulis satu artikel sehari, walau tidak terus menerus. Tetapi, karena seorang penulis hebat menyarankan pengalamannya, saya ikuti saja dulu. Pasti ada sesuatu yang berubah pada diri saya.

Jeff menyarankan saya menuliskannya di FB, jadi saya tuliskan juga. Semoga berguna bagi teman-teman. Berikut suratnya.

Hi,

Welcome to the My 500 Words community.

The first, most important thing in starting any new habit is commitment.

Today is the first day of your 31-day challenge. Maybe it feels intimidating. Maybe it feels exciting.
A month isn't a short amount of time. If you finish this challenge, you will have written over 15,000 words. 

That's a lot.

We have a whole community here to encourage you and help you complete the challenge (and keep going if you want to). But ultimately, you have to want it for yourself more than anyone else wants it for you.

So what do you do to get started?

Commit - now. Not when you're 10 days in and already exhausted. Make a mental effort to decide to finish this thing before you start.

Announce it on Facebook. Write a blog post (be sure to join the link-up here: http://my500words.com/participants/). Tell your neighbor. Ask a friend to hold you accountable.

 Do something today to declare to the world your commitment to write for 31 days straight.

And then deliver on what you promised. Oh, and course, write 500 words. But you knew that already.

See you tomorrow!

Jeff

Medan, 18 Mei 2016

My 500 WORDS


Menulis lima ratus kata setiap hari selama 31 hari terus menerus, ternyata bukan pekerjaan mudah. Kalau satu hari lima ratus kata, berarti setahun sudah 180 ribu kata, dua buku lebih tuh!

Di Indonesia, saya baru menemukan seorang professor (Prof Imam Suprayogo, mantan Rektor Universitas Islam Malang, yang menulis disiplin setiap hari. Dalam kesibukannya sebagai seorang orang nomor satu di universitas itu, beliau mampu menulis satu artikel setiap kembali dari sembahyang subuh, secara terus menerus.

Beliau pernah mendapat penghargaan dari Murry, karena mampu menulis lebih dari 2000 artikel dalam dua tahun. Artinya beliau mampu menulis setiap hari minimal satu artikel dan diposting ke blog pribadinya..
Dulu, saya rajin mengunjungi blognya, tetapi sudah lebh setahun saya tidak mengunjunginya.

Saya telah mencobanya, tetapi tidak pernah tercapai hingga sekarang. Selalu saja menemukan halangan. Apakah saya keluar kota, atau tidak bergairah menulis.

Jeff Goins menasehatkan agar menulis 500 kata sehari. "My 500 Words. "Jangan memakan gajah, sekali gigit," katanya.

Dalam artikelnya "The Secret to Developing a Regular Writing Habit", Rahasia Mengembangkan Kebiasan Menulis yang Regular, teratur. Jeff menganjurkan metoda ini untuk menulis sebuah buku.

Banyak orang mengikuti training, membaca tentang menulis, tetapi tidak menuliskannya. "And this is where most people fail. They never actually write a word. They talk about writing, think about writing, even read about writing. But they do not write," kata Jeff.

Dengan berlatih dan disiplin, Jeff kini sudah menjadi penulis terkenal di Amerika. Menjadi penulis untuk lebih dari 100 majalah, publikasi dan blog.

Menulis, hanya butuh latihan dan disiplin, tidak butuh banyak teori.Memang tidak mudah. Butuh Passion, updating pengetahuan untuk menemukan ide menulis, latihan menulis terus menerus untuk meningkatkan keahlian.

Jangan terus belajar bagaimana menulis, teta[i menulislah setiap hari!. Demikian nasehat Jeff Godins!. . .

Medan, 18 Mei  2016

Penulis Adalah Prajurit Perang


Oleh: Jannerson Girsang

Penulis adalah prajurit perang!. Mereka berperang merebut hati pembaca. Tanpa pembaca, maka tulisan itu seolah jatuh ke telinga orang yang tuli (tidak mendengar).

Saya beruntung, karena melalui Facebook ini, saya menemukan pembaca saya yang setia. Terima kasih banyak! Ada sekitar 600 orang lebih yang jadi follower, dari sekian ribu teman!

Setiap penulis harus memiliki audience (pembaca)!. Wah, perintah baru nih! Penulis abad ke-21. .
Bagaimana caranya, itulah sebuah buku yang kutemukan sore ini dan saya posting dalam status ini. Buku ini hanya 29 halaman dan berisi tentang cara memperoleh audience menggunakan kekuatan "group" atau penulisnya bilang "tribe".

Semoga teman-teman juga bisa mendownloadnya, dan berbagi bersama yang lain.
Saya sendiri baru mulai mempelajarinya. Sejauh ini yang saya tau mencari pembaca adalah menulis buku, memasukkan tulisan melalui artikel di media cetak/online, dan seperti sore ini, menulis di FB. Mudah-mudahan ada yang membaca.

Begitulah kisahku sore ini!

Dalam suasana letih menulis buku, saya harus menyegarkan pikiran dengan membaca atau mencari topik lain.
Menulis memerlukan ketahanan mental untuk terus berada di depan komputer, apalagi sudah mendekati deadline. Saya harus mampu duduk sendiri berjam-jam.

Salah satu aktivitas yang sering saya lakukan dalam suasana seperti itu adalah berselancar di internet, dan menemukan sesuatu yang membuat otak cair kembali.

Begitulah sore ini. Ketika menghadapi writer's block (keinginan menulis berhenti) dalam penulisan sebuah buku, saya melakukan searching di internet.

Awalnya, saya menemukan sebuah nama Jeff Goin yang baru sore ini kutemukan. Di youtube ternyata nama itu cukup populer di dunia ini.

Lalu, rasa ingin tau saya muncul, dan mencari tau nama itu lebih jauh!.

Ternyata kehebatannya paling top mampu memperoleh pembaca blognya 100.000 selama 18 bulan, dengan teknik yang dikembangkannya sendiri. .

Bandingkan dengan blog saya www.harangan-sitora.blogspot.com baru dikunjungi sekitar 65.000 orang dari 100 negara, selama enam tahun. Saya kira kekurangan saya adalah tidak pernah peduli siapa pengunjung saya, dan siapa mereka.

Beda dengan Jeff yang sangat peduli audiencenya. Dalam 18 bulan itu kehidupannya berubah total. Dia berhenti dari pekerjaannya dan hanya menulis penuh waktu. Mampu mendukung keuangan keluarganya
"This audience helped me replace my wife’s income and then my own, allowing me to quit my job. All of this happened in about 18 months. Now, I’m able to support my family through writing full-time,something I never thought possible. Sounds crazy, doesn’t it? But it’s not. Not if you take your time to build the audience. Not if you find your tribe":

Prestasi menulis pria asal Chicago ini juga kemudian mengangumkan. Setelah menulis selama enam tahun, Jeff menghasilkan 4 buku, dan satu diantaranya The Art of Work adalah national best seller di Amerika.
Dalam interviewnya dengan sebuah mediaonline di youtube, saya mendengar nama website "www.goinsblog.com".

Lantas, saya searching nama itu. Saya menemukan tulisan "Get the attention your work deserves — with free tips on writing and creativity". Saya disuruh mengisi nama dan alamat email.

Lalu saya diperintahkan mengkonfirmasi email tersebut dan perintah itu saya laksanakan

Apa yang kudapat teman-teman?.

Betapa terkejutnya saya!.Dalam hitungan detik, saya sudah bisa mendownload secara gratis, sebuah e-book: The Beginner's Guide to Build the Audience, karya Jeff Goin..

Buku ini berisi pengalaman Jeff Goin serta filosofi menulis di abad ke 21 ini, serta bagaimana caranya memperoleh audience (pembaca) kita.

Dalam pengakuannya, sebelumnya, menulis bagi Jeff Goin adalah mencari pengakuan, popularitas, penghargaan.

"My writing journey began as a search or accolades and awards, recognition and fame. Instead, I found frustration and disillusionment," katanya.

Cukup banyak penulis yang memiliki motivasi seperti itu, dan akhirnya memang seperti pengalaman Jeff: frustrasi!

Ternyata untuk tahan menulis terus menerus, Jeff Goin mengatakan bahwa menulis harus menjadi passion. Andrea Hirata katakan, Kalau tidak menulis seperti ada yang hilang.Ada yang terasa gatal, gitu lho!

Bahkan Jeff Goin bilang: "If nobody but me showed up to read my words, I would still write. If I never won an award or got published, I would still write. If I never earned a dime, I would still write"

Penulis itu seperti prajurit dalam perang. Perang merebut hati pembaca. Kata Jeff, kita para penulis ternyata berperang merebut hati pembaca. Jeff Gobin mengatakan seorang penulis memerlukan audience. Pembaca setia tulisan Anda!.

Sebagus apapun tulisan jika tidak memiliki pembaca, artikel atau tulisan itu seolah hanya.akan jatuh pada telinga yang tuli.

"Without an audience of readers, your words will fall on deaf ears— no matter how important or inspired they seem".

Kini Jeff Goin menulis untuk 100 majalah, publikasi dan blog.

Teman-teman, silakan membuka website yang saya posting di bawah ini, dan temukan buku tersebut secara gratis!

Jeff Goin dapat dihubungi melalui goinswriter.com, dan memiliki Twitter: @jeffgoins,Facebook: facebook.com/goinswriter, G+: gplus.to/jeffgoins.

Medan, 17 Mei 2016